Generative AI kian diandalkan untuk pembuatan konten, tapi jika tidak menyadari kesalahan penggunaan AI dalam content marketing, hal ini bisa jadi bumerang.
Ada banyak pro dan kontra dalam pemakaian AI. Artikel ini akan berfokus mengurai 8 kesalahan dalam menggunakan AI yang sering terjadi di bidang content marketing.
Simak ulasannya.
Daftar Isi Artikel
ToggleTidak Menggunakan AI Sama Sekali
Anda pelaku bisnis atau content creator, jika tidak menggunakan AI sama sekali, maka Anda rugi.
AI memiliki keunggulan dalam hal efisiensi. Menggunakannya berarti Anda dapat menghemat waktu dan sumber daya untuk mengerjakan yang lainnya.
AI juga sangat membantu dalam sesi brainstorming yang akan membutuhkan banyak waktu dan tenaga untuk melakukannya secara konvensional.
Belum lagi kemampuannya dalam menganalisis data dan melakukan personalisasi, sangat mendukung dalam optimasi konten bisnis Anda.
Jadi, jangan ragu untuk menggunakan AI dalam proses produksi dan distribusi konten Anda.
Tidak Memahami Target Audiens dengan Baik
Menggunakan AI tanpa pemahaman yang mendalam tentang target audiens dapat menghasilkan konten yang tidak relevan atau tidak menarik bagi mereka.
Contoh: sebuah perusahaan fashion menggunakan AI untuk menghasilkan artikel blog tentang tren fashion terbaru.
AI mengumpulkan data dari pasar yang luas, dan berbeda, lalu menulis konten yang lebih cocok untuk remaja. Padahal, target audiens perusahaan adalah profesional muda.
Hal ini membuat konten jadi kurang relevan dan tidak menarik bagi audiens.
Maka dari itu, pastikan Anda memahami target audiens sehingga dapat memanfaatkan AI dengan optimal.
Ketergantungan pada AI tanpa Intervensi Manusia
Mengandalkan AI sepenuhnya tanpa sentuhan atau pengawasan manusia dapat menyebabkan kesalahan atau hasil yang tidak optimal.
Kami pernah menunjukkan kesalahan data AI yang tidak akurat di artikel sebelumnya: Alasan AI Belum Akan Menggantikan Content Writer.
Data yang tidak akurat sangat fatal dalam mempengaruhi branding, trust, dan authority brand Anda. Audiens akan meragukan kredibilitas dari konten-konten Anda yang lainnya.
Karena itu, sangat penting sentuhan manusia untuk melakukan pengecekan ulang atas data dan pernyataan yang AI sajikan.
Kurangnya Kreativitas dalam Konten
AI sangat bagus dalam menghasilkan konten yang terstruktur dan sistematis. Namun, seringkali kontennya kurang kreativitas dan inovasi.
Contoh: Sebuah perusahaan menggunakan AI untuk postingan media sosial. Meski kontennya informatif, tapi terlihat serupa dan kurang menarik perhatian.
Paling terasa yaitu dari sisi emosi. Tidak ada emosi yang meledak-ledak, spontanitas, dan sense of humanity dalam konten tersebut. Membaca konten AI jadi terasa datar, membosankan, dan mengundang kantuk.
Mengabaikan Etika dan Sentimen
AI mungkin tidak sepenuhnya memahami nuansa etika atau sentimen, yang bisa menyebabkan konten buatannya jadi tidak sensitif atau ofensif.
Contoh: Sebuah merek kosmetik menggunakan AI untuk menulis ulasan produk. AI mengumpulkan dan menggunakan data dari berbagai sumber.
Tanpa disadari, AI memasukkan komentar yang diskriminatif. Contoh seperti kalimat:
- “Produk ini sangat bagus untuk kulit putih, tapi tidak bekerja dengan baik untuk kulit gelap.” Komentar ini bisa tergolong rasisme.
- “Produk ini sempurna untuk wanita yang ingin terlihat cantik dan menarik bagi pria”. Pernyataan ini bisa dianggap seksis, merendahkan stereotip gender.
Tidak Memperhatikan Update atau Perubahan Tren
Generative AI menggunakan large language model* yang dilatih menggunakan data lama, beberapa bulan atau tahun yang lalu. Karena itu, sangat mungkin terjadi perubahan yang membuat datanya tidak lagi relevan.
Contoh: perusahaan teknologi menggunakan AI untuk menulis artikel tren teknologi terbaru.
Karena data yang AI gunakan dari beberapa tahun yang lalu, tentu artikel tersebut tidak bisa mencerminkan perkembangan teknologi terkini.
Tidak Mengoptimalkan SEO
AI mungkin dapat membantu dalam optimasi konten untuk SEO. Tapi, jika tidak diatur dengan benar, bisa saja tidak sesuai dengan praktik SEO terbaik.
Contoh: sebuah perusahaan e-commerce menggunakan AI untuk menulis artikel SEO friendly. Namun, karena tidak teliti, AI mengisi konten dengan kata kunci yang berlebihan alias keyword stuffing.
Mengabaikan Keunikan Brand Voice
Karakter konten buatan AI cenderung standar dan seragam. Tidak ada keunikan khusus dan sering mengabaikan brand voice. Hasilnya, kepribadian brand jadi kurang terpancar dari konten-konten tersebut.
Contoh: sebuah perusahaan kopi terkenal dengan gaya komunikasi yang santai dan ramah menggunakan AI untuk membuat postingan media sosial.
AI tersebut menghasilkan konten yang terlalu formal dan tidak sesuai dengan gaya khas brand. Akibatnya, para pengikut dan penggemar merasa ada yang tidak otentik dan konsisten dengan konten tersebut.
Hampir semua kesalahan penggunaan AI dalam content marketing di atas berakar dari hal yang sama: tidak adanya pengecekan ulang dari manusia.
Karena itu, sekali lagi perlu ditekankan bahwa AI adalah alat, bukan untuk menggantikan manusia sepenuhnya.
Agar lebih aman, Anda dapat mempercayakan strategi content marketing Anda kepada Saungwriter. Jaminan hasilnya memuaskan.