Strategi agile content marketing adalah pendekatan yang mengutamakan fleksibilitas, kolaborasi, dan responsivitas dalam pembuatan dan pemasaran konten.
Dengan strategi ini, konten yang Anda buat akan memiliki keunggulan dari sisi relevansi, efisiensi, dan kecepatan beradaptasi dengan tren.
Tapi, penerapan strategi ini cukup menantang karena membutuhkan tim yang bergerak cepat.
Artikel ini akan membantu Anda merumuskan cara menetapkan strategi agile dalam content marketing secara efektif.
Simak panduannya sampai akhir.
Daftar Isi Artikel
ToggleBentuk Tim Lintas Fungsional
Tim lintas fungsional terbentuk dari individu yang memiliki spesialisasi berbeda. Contoh, dalam tim konten Anda terdapat penulis, desainer grafis, SEO specialist, dan manajer media sosial.
Kerjasama antar anggota tim ini diharapkan menghasilkan konten yang berkualitas, menarik secara visual, optimal untuk mesin pencari, dan relevan bagi audiens.
Tim ini harus memiliki kemampuan kerjasama dan soft skill yang bagus. Karena itu, perlu diutamakan yang sudah memiliki pengalaman di bidangnya.
Adakan Daily Stand-up Meeting
Daily Stand-up Meeting berupa pertemuan singkat untuk mengecek progres, hambatan, dan rencana kerja di hari itu.
Contoh, tim konten dapat menganggarkan antara 15-30 untuk meeting ini. Meeting tersebut akan membahas status artikel, desain grafis, dan jadwal publikasi.
Manajer perlu memastikan semua anggota tim selaras, dan jika ada hambatan, harus dapat diatasi dengan segera.
Menggunakan Sprint untuk Perencanaan Konten
Sprint merupakan istilah yang merujuk pada periode waktu pendek (antara 1-2 minggu) di mana tim mengerjakan serangkaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
Contoh, tim konten menentukan waktu sprint sepanjang 1 minggu. Dalam 1 minggu ini, target tim menyelesaikan 5 artikel blog, 2 infografis, dan 1 video.
Di akhir waktu sprint, tim melakukan evaluasi dan perencanaan untuk waktu sprint berikutnya.
Melakukan Retrospektif Sprint
Retrospektif Sprint merupakan pertemuan evaluasi setelah setiap sprint untuk mengevaluasi apa yang telah berjalan baik, apa yang kurang, dan bagaimana meningkatkannya.
Misal, setelah sprint, tim menemukan bahwa proses penulisan artikel membutuhkan waktu yang terlalu lama. Karena itu, pada sprint berikutnya, tim menambahkan seorang penulis baru untuk mempercepat proses.
Menggunakan Kanban Board
Kanban Board merupakan alat visual untuk mengelola tugas dan alur kerja. Alat ini memudahkan pelacakan status tugas, mulai dari “To Do”, “In Progress” hingga “Done” atau selesai.
Contoh Kanban Board digital yang bagus untuk digunakan tim konten adalah Trello. Tool gratis ini bisa Anda gunakan untuk memantau semua tugas konten, mulai dari ideasi konten, hingga publikasi.
Penggunaannya pun mudah. Cukup memindahkan kartu pada papan untuk menunjukkan status tugas sehingga memberikan gambaran visual kemajuan proyek.
Prioritaskan Backlog dengan metode MosCow
Backlog yaitu daftar atau kumpulan ide, tugas, dan proyek konten yang belum dikerjakan. Namun, daftar tersebut telah diidentifikasi sebagai sesuatu yang perlu dilakukan di masa mendatang.
Backlog bisa berasal dari ide-ide baru, tugas lama yang belum selesai, update konten lama yang belum terlaksana, atau tambahan request konten dari klien.
Untuk memastikan backlog ini tidak jadi penghalang progres, gunakan metode MosCow (Must have, Should have, Could have, Won’t have). Contoh:
- Must have (harus): artikel tentang tren pasar terbaru. Harus segera karena tren dapat berubah cepat,
- Should have (perlu): artikel evergreen tentang niche bisnis Anda. Bisa diangsur pengerjaannya,
- Could have (bisa/boleh): artikel tambahan, boleh dikerjakan ketika ada spare waktu
- Won’t have: ide konten yang tidak relevan. Tidak perlu diselesaikan.
Dengan cara ini, Anda tidak perlu khawatir menyimpan backlog terlalu banyak.
Menggunakan User Stories untuk Pengembangan Konten
User stories merujuk kepada deskripsi sederhana dari sudut pandang pengguna yang menjelaskan fitur atau konten yang diinginkan.
Sederhananya, Anda berusaha menempatkan diri sebagai pengguna yang kira-kira membutuhkan fitur atau konten apa dalam website Anda.
Contoh: “Sebagai pengunjung, saya ingin membaca artikel perbandingan tentang produk-produk yang tersedia dari sisi harga dan manfaat (cost vs benefit) sehingga saya bisa membuat keputusan pembelian yang tepat.”
User stories ini bisa dilakukan saat retrospektif sprint untuk pengerjaan masa sprint berikutnya. Cara ini memastikan konten selalu relevan dengan kebutuhan audiens.
Melakukan Testing dan Iterasi Konten
Testing berarti menyediakan konten untuk kelompok kecil terlebih dahulu sebagai percobaan. Dari kelompok tersebut, diminta umpan balik sebelum konten tersedia untuk publik luas.
Kelompok kecil bisa berasal dari pelanggan yang loyal. Selain mendapatkan umpan balik untuk perbaikan konten, juga memberikan penghargaan atas loyalitas mereka.
Berdasarkan umpan balik tersebut, tim melakukan perbaikan atas konten, baru kemudian mempublikasikan secara luas.
Menggunakan Analytic untuk Pengambilan Keputusan
Setelah beberapa kali sprint, akan terlihat performa konten-konten sebelumnya. Beri waktu bagi konten sebanyak 3 bulan untuk menemukan performa yang stabil.
Setelah 3 bulan, analisis apakah audiens menerima konten tersebut dengan baik atau tidak. Anda bisa melakukannya menggunakan tool Google Analytics.
Jika ya, buat format konten tersebut lebih banyak lagi. Jika tidak, pastikan apakah format konten tersebut dibutuhkan.
Kalau ya, buat sesekali sesuai kebutuhan. Kalau tidak, berarti tidak perlu membuat tipe konten yang serupa.
Pelihara Dokumentasi yang Baik
Dokumentasi yang jelas tentang panduan dan proses dalam penerapan strategi agile dalam content marketing dapat membantu memelihara keselarasan tim dan mempermudah bergabungnya anggota baru.
Seperti apa bentuk dokumentasinya?
Paling penting yaitu panduan penulisan, editing, dan pengerjaan tugas, design guidelines, dan template konten. Simpan semua di Google Drive yang seluruh anggota tim dapat mengaksesnya.
Dengan demikian, setiap orang dapat mengikuti standar yang sama. Kemudian jika ada tim baru bergabung, akan lebih cepat integrasinya.
Menerapkan strategi agile dalam content marketing memberikan banyak keuntungan. Tapi, Anda harus memiliki tim yang solid.
Jika belum, Anda bisa memanfaatkan layanan Saungwriter untuk pembuatan konten berkualitas. Jadi tinggal mengatur penjadwalan saja sehingga strategi content marketing Anda berjalan lancar, dan Anda bisa fokus pada strategi bisnis.