Berdasarkan update Google terbaru, sangat penting untuk memahami apa saja ciri atau kriteria unhelpful content.
Pasalnya, “hukuman” Google untuk website dengan unhelpful content ini cukup sadis. Tidak hanya bagian konten yang nirmanfaat, tapi seluruh halaman website bisa kena efeknya.
Unhelpful content adalah konten yang menurut Google tidak bermanfaat bagi pengguna suatu website. Postingan kali ini akan membahas tentang:
- 9 kriteria unhelpful content menurut Google
- cara mencegah konten diidentifikasi unhelpful oleh mesin pencari.
Simak ulasannya.
Daftar Isi Artikel
ToggleKonten yang Hanya Mengejar Jumlah Kata
Masih ada yang percaya bahwa artikel yang bagus menurut Google harus mengandung jumlah kata tertentu.
Kali ini Google benar-benar menegaskan bahwa jumlah kata tidak berpengaruh.1
“Are you writing to a particular word count because you’ve heard or read that Google has a preferred word count? (No, we don’t).”
Alih-alih mempertimbangkan jumlah kata, Anda sebaiknya berfokus menyediakan jawaban yang memuaskan bagi pengguna.
Artinya, sebisa mungkin pengguna yang datang ke website Anda lewat mesin pencari tidak membutuhkan website lain lagi.
Konten yang Tujuan Utamanya Mendapatkan Trafik dari Mesin Pencari
Semua pembuat konten pasti menginginkan kontennya mendatangkan trafik dari mesin pencari. Tapi jika hanya itu yang jadi tujuan utamanya, maka konten tersebut berpotensi menjadi tidak bermanfaat.
“Is the content primarily to attract people from search engines, rather than made for humans?”
Google mendorong Anda untuk membuat konten yang lebih mengutamakan pengguna terlebih dahulu (human-first).
Setelah itu, barulah kemudian mengoptimasinya untuk mesin pencari tanpa mengurangi dampaknya terhadap kepuasan pengguna.
Jadi, saat Anda dalam proses membuat konten, selalu tempatkan kepuasan pengguna sebagai yang utama di pikiran Anda.
Konten-Konten yang Tidak Fokus
Saat Anda melakukan riset keyword, mungkin Anda mendapati beberapa kata kunci potensial yang sangat mungkin untuk Anda ranking. Sayangnya, kata kunci tersebut mungkin tidak sesuai dengan topik website Anda.
JIka Anda bersikeras untuk membuat konten tentang topik tersebut, besar kemungkinan Google mengklasifikasikan konten Anda sebagai tidak bermanfaat.
“Are you producing lots of content on different topics in hopes that some of it might perform well in search results?”
Membuat banyak konten pada topik yang berbeda-beda di satu website justru berpotensi merusak ranking website secara keseluruhan.
Sebaiknya Anda fokus membangun topical authority website di bidang bisnis Anda. Jika authority Anda sudah meningkat di mata mesin pencari, baru merambah ke topik lain yang masih terkait.
Konten yang Melenceng dari Niche Website
Saat ada yang sedang trend, Anda mungkin tergoda untuk membuat konten tentang topik tersebut.
Masalahnya, jika topik tersebut melenceng jauh dari niche website Anda, maka Google bisa menganggap konten Anda sebagai unhelpful.
“Are you writing about things simply because they seem trending and not because you’d write about them otherwise for your existing audience?”
Pada nasihat tersebut, Google mendorong Anda untuk membuat konten bagi audiens yang sudah Anda miliki sebelumnya.
Kalau dengan konten tersebut Anda bisa mendapatkan trafik lebih, itu sangat bagus. Namun, jangan sampai membuat langganan pembaca Anda kecewa begitu konten yang baru terbit tak sesuai ekspektasi mereka.
Konten yang Dibuat Secara Otomatis dalam Skala Besar
Jika Anda mengelola banyak website sekaligus dengan niche yang tak jauh berbeda, Anda mungkin tergoda menggunakan mesin penulis AI (Artificial Intelligence).
Mulai sekarang, lebih baik Anda menghindarinya.
Bukan berarti konten yang dibuat oleh kecerdasan buatan pasti tidak berguna. Hanya saja, otomatisasi seperti itu cenderung menghasilkan konten dengan value yang mirip.
“Are you using extensive automation to produce content on many topics?”
Google sudah menegaskan bahwa konten yang diproduksi oleh AI berlawanan dengan panduan Webmaster mereka.
Solusinya, Anda bisa menggunakan jasa Saungwriter yang berpengalaman menulis konten yang helpful dan relevan dengan user intent.
Konten yang Mirip-mirip Tanpa Nilai Tambah
Ini salah satu penyebab konten hasil otomatisasi kecerdasan buatan dianggap unhelpful content: karena isinya mirip-mirip tanpa nilai tambah.
“Are you mainly summarizing what others have to say without adding much value?”
Tak hanya itu, hal ini juga berlaku untuk penulisan konten yang hanya rewrite dari artikel-artikel lainnya.
Tanpa kebaruan atau sesuatu yang segar dalam konten tersebut, maka akan kecil peluang konten tersebut untuk bersaing dengan kompetitor lain.
Jadi, pastikan Anda tidak sekadar menulis ulang atau meringkas artikel-artikel lain. Akan tetapi, berikan insight yang orisinil, data yang baru, atau gambar yang berbeda di artikel Anda.
Konten yang Dangkal
Konten dangkal adalah konten yang tidak menunjukkan keahlian atau pemahaman mendalam di suatu topik.
Ini sering terjadi ketika Anda mempercayakan pembuatan konten pada orang lain, yang ternyata tidak memiliki latar belakang di bidang tersebut.
“Did you decide to enter some niche topic area without any real expertise, but instead mainly because you thought you’d get search traffic?”
Expertise bisa berasal dari pengalaman maupun pengetahuan yang mendalam. Jika Anda mengalihkan pembuatan konten pada orang lain, pastikan kualitas konten tetap tinggi.
Konten yang Memberikan Janji atau Klaim Palsu
Jenis konten seperti ini bisa berasal dari penggunaan clickbait pada title atau meta description yang tidak sesuai dengan isi konten.
Selain itu, bisa juga berasal dari data atau informasi yang ada pada konten dan ternyata tidak sesuai dengan sebenarnya.
“Does your content promise to answer a question that actually has no answer, such as suggesting there’s a release date for a product, movie, or TV show when one isn’t confirmed?”
Disinformasi tersebut akan sangat mempengaruhi kepuasan pengguna. Karena itu Anda perlu berhati-hati dalam menuliskan headline, deskripsi meta, maupun isi konten.
Pastikan bahwa semua janji dan informasi yang Anda berikan dapat terkonfirmasi.
Konten yang Tidak Memuaskan Pengguna
Tak hanya berfokus pada hal teknis, Google menginginkan pengelola website untuk memperhatikan perasaan dan kepuasan pengunjung web mereka.
Sebisa mungkin, usahakan pengguna merasa terpuaskan dan cukup dengan berada di website Anda serta tidak berusaha mencari yang lainnya.
“Does your content leave readers feeling like they need to search again to get better information from other sources?”
Hal ini bisa berasal dari kualitas informasi, tampilan presentasi, kemudahan navigasi, dan lainnya.
Jadi ketika Anda membuat konten, anggap diri Anda sebagai pengguna. Apakah Anda sudah cukup puas dengan konten Anda dan tidak tertarik mencari yang lainnya?
Dengan memahami kriteria unhelpful content tersebut, selanjutnya Anda bisa membuat dan menilai apakah konten Anda akan memperlihatkan performa bagus di mesin pencari.